OLAHRAGA DAN KOMERSIALISASINYA
Olahraga tak hanya berguna untuk menyehatkan badan atau sekedar rekreasi jasmani semata. Sudah saatnya olahraga diolah menjadi bisnis yang menguntungkan. Dengan sedikit polesan manajemen yang handal, mengisi pundi-pundi pun bisa dilakukan. Dan olahraga yang dikomersilkan banyak macamnya, mulai dari sepakbola, billiard, senam, hingga beladiri, dan sebagainya.
1. Latar Belakang Masalah
Olahraga adalah salah satu industri hiburan dengan keunikan yang sangat khas dan sulit ditandingi oleh industri hiburan lainnya seperti musik dan film. Keunikan produk olahraga antara lain intangible, melibatkan emosi puluhan bahkan ratusan ribu penonton, sangat subjektif karena fans ingin tim yang didukung selalu memenangkan pertandingan, diminati segala macam kelompok masyarakat tanpa peduli kelas sosial, suku maupun agama. Namun demikian produk olahraga bisa mengakibatkan kerusuhan sosial seperti yang sering terjadi pada cabang sepakbola.
Sebagai fenomena sosial dan kultural, olahraga tidak bisa melepaskan diri dari ikatan moral kemodernisme, dan sejak modernisme itu terjadi kecenderungan komersialisasi olahraga yang masih menyisakan berbagai persoalan. Dengan paparan singkat konsep-konsep filsafat seperti etos, moral, dan etika dalam olahraga, kemudian menguraikan ciri-ciri moralitas modernisme bahwa olahraga sebagai bagian dari modernisme pun tidak mampu menghindar dari dominasi moral modernisme, yakni moral pasar. Moral pasar tersebut bersifat dominan, akan tetapi olahraga muncul dalam model yang beragam dimana intensitas komersialisasinya juga berbeda.
Dalam tinjauan sosiologi, olahraga muncul dalam bentuknya yang beragam dalam masyarakat kita saat ini. Setidaknya ada empat model olahraga saat ini, yakni ;
1. Model Pendidikan, yang lebih sering dikenal dengan pendidikan jasmani.
2. Model Disiplin Tubuh dan Rehabilitasi, model ini didasarkan oleh asumsi bahwa perilaku individu dipengaruhi dan bahkan ditentukan oleh substansial oleh penampilan jasmaniah dan bentuk tubuh.
3. Model Kesenangan dan Partisipasi, model ini secara umum menekankan pada suatu etika ekspresi personal, kegembiraan, pertumbuhan, dan kesehatan yang baik.
4. Model Kekuasaan dan Penampilan, model ini didasarkan pada “etika olahraga” dan menekankan pada penggunaan kekuatan, kecepatan, dan power untuk mendorong batas-batas kemanusiaan dan mendominasi lawan secara agresif dalam upaya meraih kemenangan dan kejuaraan. Atau model ini lebih dikenal dengan olahraga prestasi.
Dari empat model olahraga tersebut menyediakan kita pemahaman tentang perbedaan bentuk dan intensitas yang mungkin bagi komersialisasi olahraga. Sampai saat ini olahraga komersial tergantung pada pendapatan yang dihasilkan dari member fee, biaya jasa layanan olahraga, tiket masuk, iklan, dan penjualan hak siar. Hal ini berarti bahwa komersialisasi olahraga tumbuh dan berhasil dengan baik dibawah kondisi sosial dan ekonumi tertentu.
Kondisi sosial dan ekonumi tersebut setidaknya mencakup ;
1. Komersialisme akan tumbuh dengan baik didalam ekonumi pasar(kapitalisme) dimana penghargaan material menjadi prioritas utama dalam kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan olahraga, termasuk atlet, member klub fitness, pemilik klub, sponsor, dan promotor event.
2. Karena olahraga ini mensyaratkan konsentrasi penonton potensial yang sangat luas, terutama model kekuasaan dan penampilan, olahraga komersial cenderung untuk eksis daidalam masyarakat yang luas pula, yakni kota-kota yang berpopulasi padat.
3. Olahraga komersial mensyaratkan individu-individu didalam masyarakat memiliki waktu, uang, dan kebebasan bergerak untuk menghadiri event olahraga.
4. Olahraga komersial mengandalkan pada ketersediaan sejumlah modal untuk membangun dan memelihara stadion / arena dimana event dapat dimainkan dan ditonton.
2. Permasalahan
Istilah komersialisasi, secara populer digunakan dalam konotasi "jahat" merupakan sesuatu yang perlu dihindari dan berlawanan dengan semangat olah raga. Seperti juga hal-hal yang lainnya, sangat penting untuk memahami arti dari istilah komersialisasi. Seseorang tidak akan dapat memahami suatu isu/kondisi yang berkembang, jika ia tidak memahami konsep dasarnya.
Komersialisasi dalam konteks olah raga adalah suatu asosiasi antara penyelenggara olah raga, dengan perusahaan bisnis atau komersial lainnya, yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan pada kedua belah pihak. Olah raga memiliki banyak hal yang bernilai bisnis. Inilah penyebab banyak lahan bisnis yang bisa disiapkan untuk investor yang hendak menginvestasikan dana melalui olah raga. Mereka mau melakukannya karena percaya bahwa investasi tersebut akan menguntungkan.
Seperti yang kita ketahui kaitan antara olahraga komersial dan globalisasi. Globalisasi tak lebih dari wujud advance dari kapitalisme, sehingga globalisasi juga perlu dikritisi sebagai bagian terkini dari komersialisasi olahraga. Seperti halnya olahraga komersial yang global memperkerjakan atlet dari seluruh penjuru dunia, menarik penonton, dan pemirsa televisi dunia, sehingga menarik pengiklan suatu produk yang juga dibuat dari seluruh dunia, dan membentuk perilaku global konsumsi olahraga.
Saat ini olahraga komersial telah menjadi global dikarenakan oleh ;
1. Mereka mengontrol, mensponsori, dan mengembangkan olahraga melihat cara baru untuk mendapatkan lebih banyak uang.
2. Kalangan bisnis dapat menggunakan olahraga sebagai wahana untuk mengenalkan produk dan jasa mereka diseluruh dunia.
Dengan melihat fenomena komersialisasi olahraga terhadap kerangka konsep filosofis moralitas, pada dasarnya olahraga telah mengalami kebangkrutan makna, krisis jangkauan moralitas, dan miskin perenungan yang disebabkan hampir disegala hal dalam olahraga selalu diukur dengan komersial. Padahal olahraga memiliki jangkauan yang sama luasnya dengan kehidupan ini, bukan saja kehidupan ekonumi.
Perubahan pada sistem sosial yang lebih makro turut pula merubah sub-sistem seperti olahraga. Jika sistem sosial tersebut diorganisir dengan cara-cara yang kapitalistik, maka konsekuensi logisnya adalah olahraga pun akan diorganisir secara kapitalistik. Olahraga lebih seperti organisme yang tumbuh dan selalu berubah.
Yang menjadi permasalahan, selama ini orang-orang bisnislah yang mengarahkan dari pada orang-orang utama dalam olahraga, misalnya kalangan akademis olahraga. Karena tujuan utama bisnis adalah provit, maka bagi mereka olahraga seharusnya mendatangkan provit. Seperti kita ambil contoh, pemilik klub dan sponsor olahraga profesional adalah orang-orang yang sukses dibidang bisnis yang membeli suatu tim dan event pertandingan dengan harapan dapat mengambil keuntungan sambil mendapatkan kesenangan.
I. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen bisnis olahraga?
2. Bagaimana langkah bisnis dalam olahraga?
3. Bagaimana mengatasi minim sarana olahraga?
4. Bagaimana menjadikan olahraga sebagai rekreasi bersama?
II. Pembahasan
1. Manajemen bisnis olahraga
Setiap lapisan masyarakat hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang matang dan dapat diandalkan.
Dalam kaitan inilah, wawasan bisnis dan manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Menghasilkan uang dari olahraga tidak melulu hanya melalui pertandingan saja. Lewat sarana-saranan latihan sederhana, komersialisasi olahraga juga bisa dilakukan. Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan. Akan tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk, pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang tepat, di tempat strategis.
2. Langkah bisnis
Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi bisnis. Pertama, masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga. Selanjutnya, tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya bergelut memenuhi kebutuhan primer tetapi masyarakat sudah memerlukan kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara selayaknya mengusahakan dengan cerdas peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.
Kemudian, para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga. Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang besar terutama derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga. Lalu pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha.
Pelaku olahraga tidak hanya berpikir menghabiskan dana tetapi sudah selayaknya mengerjakan bagaimana aktivitas olahraga yang dilakukan dan diselenggarakan dapat menghasilkan dana. Pengurus dan pemilik klub atau organisasi olahraga dituntut memiliki kompetensi agar setiap event dan atau pertandingan olahraga dapat menghasilkan keuntungan finansial (uang). Karena itu hukumnya wajib bagi mereka untuk mempunyai kompetensi pemasaran. Olahraga merupakan wahana yang memberikan kesempatan dan peluang kepada manusia untuk bersaing, menguasai, menang dan kalah. Olahraga seolah-olah menggantikan peran yang destruktif dan melenyapkan kebudayaan.
Pariwisata merupakan kegiatan serta memberikan kesempatan kepada manusia untuk bergerak, melihat, belajar, bergaul; mengenal budaya, alam sekitar, keunggulan, keajaiban ataupun keistimewaan tempat lain. Pariwisata juga akan berkembang sampai ke wisata ilmu dan teknologi, serta wisata olahraga.
Penyelenggaraan pariwisata dan olahraga akan maju dan berkembang dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pariwisata dan olahraga iuga akan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi vang strategis.
Pariwisata dan olahraga adalah subjek dan sekaligus juga objek masa depan, Pariwisata dan olahraga juga sebagai ujung tombak kehidupan masa depan. Kebutuhan pariwisata dan olahraga serta semua kegiatan yang berkaitan dapat memicu bisnis baru, jasa dan produk baru.
3. Minim sarana olahraga
Melihat pembangunan yang berlangsung cepat, termasuk di sektor properti yang membabat habis lahan-lahan kosong di kawasan kita ini, tak heran jika olahraga menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Terutama jika bicara tentang sarana olahraga umum yang sifatnya gratis semisal lapangan olahraga.
Seperti kata pepatah, “Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”, sebuah kalimat bijak yang sering didengar dalam mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Tapi, bagaimana mau berolahraga kalau sarananya tidak ada? Banyak jenis olahraga yang bisa kita lakukan untuk menyehatkan tubuh. Tapi, sebagian besar membutuhkan lapangan atau area yang ukurannya berbeda-beda. Sebut saja sepak bola, bola basket, bola volley, bilyar, atau bulu tangkis.
Mungkin hanya jogging yang tidak membutuhkan lapangan tertentu untuk melakukannya. Kita bisa jalan cepat atau lari di sepanjang jalan raya di mana pun. Kalau dilihat dari animo masyarakat, sebenarnya mereka masih sangat ingin berolahraga. Coba lihat saja setiap Sabtu atau Minggu pagi di beberapa ruas jalan perumahan, tidak sedikit orang yang jogging. Atau kalau mau lihat di Taman Kota BSD, di sana banyak orang yang lari pagi di jogging trak yang sengaja disiapkan untuk berolahraga.
Ketika sarana olahraga umum semakin sulit ditemukan, akhirnya timbul ide untuk mengomersilkan lapangan olahraga beserta fasilitasnya. Di jaman yang serba materialistis ini, semuanya dihitung dengan uang. Kalau mau keluar keringat, bayar dulu!
Trend lapangan olahraga komersil sekarang ini adalah penyewaan lapangan futsal. Lihat saja di beberapa wilayah, hampir semuanya memiliki lapangan futsal.
4. Rekreasi bersama
Selain untuk mengolah tubuh dan menjaga kesehatan, sarana olahraga bisa juga dijadikan tempat untuk berekreasi. Atau bisa pula sebagai tempat untuk menghabiskan waktu bersama anggota keluarga. Sebut saja seperti sport center yang banyak berdiri sebagai fasilitas buat perumahan-perumahan. Di sana biasanya, bukan hanya satu lapangan olahraga yang disediakan, tapi bisa beberapa sarana olahraga.
Sesuai dengan namanya, di situlah kelebihan sarana olahraga seperti sport center. Karena disediakan berbagai sarana seperti kolam renang, billiard, fitnes, tenis lapangan, bulutangkis, dan sebagainya, maka bila satu keluarga datang ke sana, masing-masing bisa berolahraga sesuai kesenangannya.
Lalu di mana rekreasinya? Ya, dengan datang bersama keluarga, itu sudah merupakan rekreasi. Bersenang-senang bersama keluarga sambil berolahraga. Tapi, meski begitu ada juga keluarga yang anggotanya memang benar-benar serius berolahraga. Namun, kalo mereka datang bersama-sama, itu juga namanya rekreasi. Intinya, asal bisa melepas kepenatan dan menghilangkan stres. Keberadaan sport center yang merupakan salah satu fasilitas dari kompleks-kompleks perumahan, memiliki keuntungan tersendiri buat para penghuninya. Selain lebih lengkap, mereka pun tidak perlu jauh-jauh kalau ingin berolahraga.
Penggunanya bisa membayar dengan cara menjadi member yang biasanya berlaku selama satu tahun, atau membeli tiket per satu kali kedatangan. Biasanya, setiap sport center pasti memiliki cara pembayaran seperti itu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah menganalisis dan membahas permasalahan Olahraga dan Komersialisasi, saya menyimpulkan bahwa olahraga bukanlah sebuah entitas yang stagnan, melainkan olahraga lebih seperti organisme yang tumbuh dan selalu berubah. Perubahan pada sistem sosial yang makro turut pula merubah sub-sistem dari olahraga itu sendiri. Sehingga apabila kemudian terjadi pertumbuhan ke arah komersialisasi yang selamanya tidak menguntungkan bagi olahraga itu sendiri maka yang perlu dilakukan adalah turut serta mengarahkan perubahan tersebut.
Atau yang mungkin perlu dilakukan saat ini adalah sikap kritis terhadap berbagai fenomena olahraga, pada khususnya komersialisasi olahraga itu sendiri. Kegiatan olahraga memiliki nilai kepada kehidupan manusia, baik nilai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Nilai-nilai olahraga itu mempengaruhi keberhasilan pembangunan nasional, termasuk pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dapat dikatakan sistem manajemen dan pembinaan olahraga merupakan bagian integral pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Komersialisasi dalam olah raga di negara kita, masih merupakan hal yang langka. Hal ini, bukan berarti tidak bisa dilaksanakan. Mulai sekarang, organisasi olah raga harus merubah misi dan visi, tentang pembiayaan olah raga yang semula dari pemerintah beralih ke sektor non pemerintah atau swasta. Pendanaan olah raga harus melibatkan publik, sekaligus memberikan kesempatan untuk menciptakan kesadaran dan tanggung jawab publik akan nilai olah raga bagi kemajuan dan status bangsa dimata dunia internasional. Penulis memiliki keyakinan, dunia bisnis akan ikut serta dalam kegiatan olah raga karena hal ini akan menguntungkan bisnisnya dan sekaligus sebagai rasa tanggung jawab dalam memajukan prestasi olah raga demi kejayaan bangsa dan negara. Insya Allah.***
DAFTAR PUSTAKA
Carsiawan, M.Pd., Komersialisasi Olahraga di Indonesia, staf pengajar di FPOK UPI Bandung.
Caly Setiawan , Komersialisasi Olahraga dan Persoalan Moralitasnya, dosen POR FIK-UNY.
Majalah Ilmiah Olahraga, volume 10 edisi Desember 2004, Fakultas Ilmu Keolahragaan – Universitas Negeri Yogyakarta.
Googgle.net. Olahraga dan Komersialisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar