Dalam kehidupan ini sering kali kita menuntut HAK kita, tapi apakah kita sudah benar-benar melaksanakan KEWAJIBAN kita?
Perbincangan dan perdebatan tentang mana yang harus diutamakan antara HAK dan KEWAJIBAN hingga kini kerap muncul dengan berbagai latar kondisi dan argumentasinya...
Terlepas dari apa yang harusnya diutamakan dan didahulukan, biasanya kita akan lebih antusias dan bersemangat bila mengarahkan kata KEWAJIBAN itu bagi orang lain diluar diri kita, sehingga tak jarang muncul banyak tuntutan bagi orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita nilai sebagai bentuk dari kewajibannya. Tak jarang juga muncul berbagai kritikan hingga penilaian kita kepada orang lain ketika dianggap tidak bisa menjalankan kewajibannya(menurut penilaian kita).
Terlepas dari apa yang harusnya diutamakan dan didahulukan, biasanya kita akan lebih antusias dan bersemangat bila mengarahkan kata KEWAJIBAN itu bagi orang lain diluar diri kita, sehingga tak jarang muncul banyak tuntutan bagi orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita nilai sebagai bentuk dari kewajibannya. Tak jarang juga muncul berbagai kritikan hingga penilaian kita kepada orang lain ketika dianggap tidak bisa menjalankan kewajibannya(menurut penilaian kita).
Sementara ketika kita membicarakan kata HAK, biasanya akan lebih nyaman dan menyenangkan bila kata ini diarahkan pada diri kita, untuk kita. Sehingga tak heran muncul banyak tuntutan yang kali ini kita tujukan kepada orang lain yang dianggap tidak bisa, tidak mampu dan tidak mau memberikan hak-hak kita yang kita anggap harus kita dapatkan sebagai orang yang tidak adil dan tidak bijaksana.
Sekarang bagaimana bila HAK itu kita tujukan pada orang-orang diluar diri kita, sedangkan KEWAJIBAN itu kita tujukan pada diri kita terlebih dahulu?
Atau intinya lakukanlah kewajiban-kewajiban kita, baru kita akan mendapat hak kita, dan kita bisa meminta dan menuntut hak kita bila kewajiban kita sudah dilakukan.