Selasa, 15 Maret 2011

ANGKRINGAN oh ANGKRINGAN

Antara Gizi dan Kesehatan

Orang jogja maupun kota-kota disekitarnya pasti sudah tak asing lagi jika mendengar istilah "angkringan", "sego kucing", maupun "wedang jahe/susu jahe"?

Ya, sebuah warung kecil yang biasa disebut angkringan sampai saat ini masih menjadi idola, khususnya bagi mereka yang tak punya uang berlebih. Tak hanya pengemudi becak dan karyawan tetapi juga mahasiswa.
Harga makanannya yang murah, suasananya yang bebas, santai, dan egalitarian, membuat angkringan menjadi warung makan alternatif ditengah makin tingginya harga bahan pokok dan makanan yang tersaji dirumah-rumah makan.
Namun demikian, akankah situasi ini akan terus berlangsung?
Ataukah ada persoalan lain yang tengah menjadi perbincangan meski belum dikemukakan secara terus terang oleh khalayak?

Sesungguhnya tak ada data yang jelas sejak kapan lahirnya angkringan. Sejak tahun 80-an warung kecil beratapkan tenda yang ada dipinggir jalan sudah banyak ditemui. Hingga sekarang warung ini selalu dipenuhi para pembeli yang sebagian besar kaum pemuda.
Namun ada sebagian orang yang mempertanyakan tentang kebersihannya?
Bagaimana pula gizi yang terkandung dalam makanan yang tersaji diangkringan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar